Branding adalah Kegiatan Mendesain


Branding adalah Kegiatan Mendesain
Eka Sofyan Rizal
(Principal Paprieka, Ketua FDGI)

Branding adalah program merekayasa dan mewujudkan identitas suatu brand, kemudian membuat proyeksinya ke dalam benak konsumen.

E
lemen program branding diantaranya:
 Mengoleksi dan mengeksplorasi nilai-nilai yang dikandung brand
 Memetakan nilai-nilai dan membentuk kemungkinan jati diri
 Menetapkan jati diri dan membuat strategi
 Membuat ekspresi dan implementasi dari jati diri
 Mengevaluasi keseluruhan elemen program
Menunjuk pada elemen-elemen branding tersebut, maka ada beberapa kemampuan atau peran yang harus dimiliki oleh praktisi branding.

Sebagai Kolektor
Kekayaan referensi kolektor, sangat memengaruhi kualitas proses dan solusi branding. Dalam mengoleksi, butuh kemampuan untuk menggali hal-hal yang terkait dengan masalah, sekaligus juga mengumpulkan data dan fakta yang tidak berhubungan, yang memiliki potensi untuk memengaruhi perkembangan kita.
Kemampuan sebagai kolektor juga sangat dipengaruhi oleh sensitivitas terhadap masalah-masalah publik, misalnya di bidang social, budaya, lingkungan dan seni. Informasi hasil koleksi akan bermanfaat untuk publik – dalam hal ini konsumen – pada saat informasi tersebut memiliki konteks dengan dinamika publik. Konteksnya bukan hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan, tapi juga memuaskan aspirasi, bahkan memberi inspirasi pada publik.
“Mereka yang paham ilmu branding, ahli dalam riset, analisis dan strategi, belum tentu akan menghasilkan solusi branding yang bagus, apabila tidak memiliki kemampuan berimasjinasi dan mewujudkannya dalam bentuk yang kontekstual dengan strateginya.”

Sebagai Organisator, Analis dan Strategist
Data, fakta dan informasi hasil koleksi hanya akan bermanfaat dan terarah, bila dapat dikelola dengan baik, sehingga mendukung proses pemetaan masalah. Tanpa kemampuan organisasi, hasil koleksi hanya akan berubah menjadi data mentah yang tak berperan sebagai stimulus untuk perkembangan ide.
Rajutan nilai-nilai hasil koleksi yang sudah diorganisasi, perlu diungkap motifnya. Dalam hal ini, kemampuan analisis menjadi sangat diperlukan untuk mengidentifikasi masalah sebenarnya (spooting-the-problem). Tanpa analisis, masalh hanya akan diperlakukan secara biasa dan umum, karena masalah esensial yang lebih strategis untuk diungkap, tidak terungkap. Pada saat masalah menjadi sangat mendalam, akan terungkap jati diri yang lebih khas dan spesifik. Kalau berasal dari identifikasi masalah yang khas, maka solusinya pun akan jadi spesial.
Kejelasan identifikasi masalah yang unik dan spesifik, akan menjadi acuan yang tepat untuk berkembangnya strategi yang konstekstual. Kalau definisi masalahnya terlalu umun, maka kemungkinan besar strateginya akan bersifat populer.

Sebagai Pencipta Imajinasi dan Kreator
Melalui kemampuan berimajinasi, akan terbentuk ide-ide di luar batas logika umum. Hasil imajinasi yang baik, akan menghasilkan kebaruan, ide ysng baru, akan lebih menarik disbanding ide yang sudah ada, atau ide lama.
Mereka yang paham ilmu branding, ahli dalam riset, analisis dan strategi, belum tentu akan menghasilkan solusi branding yang bagus, apabila tidak memiliki kemampuan berimajinasi dan mewujudkannya dalam bentuk yang kontekstual dan strateginya. Setelah menguasai ilmunya, yang berperan penting berikutnya adalah kemampuan menghasilkan ide yang berkualitas. Kemampuan berimajinasi sangat didukung oleh perilaku dan cara berpikir kreatif. Mereka yang terbiasa bertanya, tertantang untuk mengembangkan sudut pandang baru, senang bermain-main dengan kemungkinan jawaban, mudah beradaptasi dengan segala macam perubahan, tidak terpaku pada rumusan baku. Dan perilaku kreatif lainnya, akan lebih mudah menghasilkan kemungkinan ide yang berkualitas disbanding mereka yang berperilaku sebaliknya.
“Apabila kita ingin menjadi praktisi branding,akan lebih baik jika mengembangkan kemampuan mendesain. Tidak harus dari latar belakang pendidikan desain, tapi mereka yang mengembangkan studi desain – yaitu, desainer – memiliki potensi yang lebih besar dibanding yang bukan dari latar belakang demikian.”
Sebagai Evaluator
Kemampuan menilai kembali hasil atau pencapaian yang telah dibuat, merupakan bagian yang juga penting dalam mewujudkan hasil akhir yang lebih baik. Dari hasil evaluasi, kita bisa mempertanyakanpencapain, merombak ulang atu bahkan memulai kembali proses yang kurang baik. Memberi tekanan kepentingan untuk memasukkan tahap evaluasi dalam keseluruhan proses, akan menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan mengarah pada tujuan.
Dari uraian di atas, bolehlah kita menarik kesimpulan bahwa program branding adalah kegiatan mendesain, karena elemen utamanya – menyangkut proses riset, analisis, strategi, kreasi dan evaluasi – adalah sama dengan proses desain. Boleh juga disimpulkan bahwa; apabila kita ingin menjadi praktisi branding, akan lebih baik jika mengembangkan kemampuan mendesain. Tidak harus dari latar belakang pendidikan desain, tapi mereka yang mengembangkan studi desain – yaitu, desainer – memiliki potensi yang lebih besar disbanding yang bukan dari latar studi demikian.
Bagi mereka yang sudah menjadi praktisi branding tapi belum mengembangkan studi desain, ada baiknya menjadikan studi desain sebagai bagian terpenting dalam perusahaan, mengingat potensinya yang strategis dalam pencapaian program, dan tentunya; dalam membentuk reputasi perusahaan branding Anda.
Sumber : ISSUE 09 .2010 V E R S U S INDONESIAN CREATIVEPRENEURSHIP MAGAZINE


Leave a Reply